Rabu, 30 Maret 2011

Nama : Putri Nadiya (29210699)
            Yasinta Nur Wahyuni (28210604)
Kelas : 1EB15


KEPULAUAN RIAU (BATAM)

A.    Sejarah perekonomian
Pada periode lima tahu terakhir (2001-2005) Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau didominasi oleh sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi  (share) rata-rata sebesar 65,65% terhadap pembentukan PDRB (Atas Dasar Harga Konstan).  Sedangkan pada tahun 2005 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi (share) sebesar Rp.20,249 triliun atau sebesar 67,24% terhadap pembentukan PDRB Provinsi Kepulauan Riau.
Kedua, sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2005  merupakan sektor kedua terbesar dalam memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB yaitu sebesar Rp.2,491 triliun atau sebesar 8,20%. Kontribusi  sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam lima tahun terakhir menunjukkan trend yang menaik dengan kontribusi rata-rata sebesar 7,99%.
Ketiga, sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar Rp.2,082 triliun atau sebesar 6,86%. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian dalam lima tahun terakhir cenderung mengalami penurunan, karena pada tahun 2001 sektor ini memberikan kontribusi sebesar  13,68% dan pada tahun 2004 kontribusinya menurun sehingga menjadi 7,40% terhadap pembentukan PDRB Provinsi Kepulauan Riau.
Keempat, sektor pertanian, pada tahun 2005 memberikan kontribusi(share) sebesar Rp.1,46 triliun atau sebesar 4,82%. Sub sektor perikanan merupakan penyumbang terbesar terhadap pembentukan sektor ini yaitu sebesar Rp.1,056 triliun dan memberikan kontribusi sebesar 3,48% terhadap pembentukan PDRB. Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2005 ini menurun apabila dibandingkan tahun 2004. Selama periode tahun 2001-2004 kontribusi sektor pertanian cenderung menaik dimana pada tahun 2001 adalah sebesar 4,72% dan pada tahun 2004 kontribusi adalah sebesar 4,87%.
Kelima, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dimana pada tahun 2005 memberikan kontribusi (share) sebesar Rp.1,335 triliun atau sebesar 4,40%. Kontribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dalam lima tahun terakhir menunjukkan trend yang menaik dimana pada tahun 2001 kontribusi sektor ini baru mencapai 3,93%.
Itu lah setor yang signifikakan terhadap PDRB daerah Kepulauan Riau. Sector-sektor lainnya pada tahun 2005, rata-rata memberikan kontribusi dibawah 4% terhadap pembentukan PDRB dan dalam lima tahun terakhir kontribusi sector-sektor tersebut juga memiliki kecenderungan (trend_) yang menarik.



Kontribusi (Share) Per-Sektor Terhadap Pembentukan PDRB

LAPANGAN USAHA
2001
2002
2003
2004
2005
Rata- Rata
1. PERTANIAN
4,72
4,86
4,91
4,87
4,82
4,83
e. Perikanan
3,32
3,44
3,48
3,48
3,48
3,44
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
13,68
9,56
8,24
7,40
6,86
9,15
3. INDUSTRI
62,63
65,60
66,04
66,72
67,24
65,65
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
0,22
0,23
0,23
0,23
0,23
0,23
5. BANGUNAN & KONSTRUKSI
2,48
2,58
2,64
2,63
2,61
2,59
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN
7,48
7,89
8,19
8,19
8,20
7,99
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
3,04
3,30
3,48
3,65
3,72
3,44
8. KEU. PERSEWAAN & JASA PERSHN
3,93
4,06
4,35
4,38
4,40
4,22
9. JASA-JASA
1,82
1,92
1,94
1,93
1,93
1,91
PDRB (Dengan Migas)
100
100
100
100
100
-


B.     Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PDRB Perkapita Provinsi Kepulauan Riau dalam lima tahun terakhir (2001-2005) cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2001 PDRB Perkapita (Atas Harga Berlaku – Tanpa Migas) sebesar Rp.22,808 juta, dan pada tahun 2005 meningkat sehingga menjadi sebesar Rp.29,348 juta. Namun secara riil (tanpa memperhitungkan inflasi) PDRB Perkapita (tanpa gas) pada tahun 2001 hanya sebesar Rp.20,397 juta dan pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar Rp.22,418 juta.
Sedangkan PDRB Perkapita dengan memperhitungkan minyak dan gas pada tahun 2001 (atas harga berlaku) menjadi lebih besar yaitu Rp.26,088 juta dan pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar Rp.29,348 juta. Namun apabila berdasarkan atas harga konstan, maka PDRB Perkapita yang diterima pada tahun 2001 hanya sebesar Rp.23,373 juta dan lima tahun kemudian (tahun 2005) kenaikannya hanya sebesar Rp.458 ribu. (Rp.23,831).
           

PDRB Per-Kapita Provinsi Kepulauan Riau
Tahun
Dengan Migas
Tanpa Migas
AHK  (Rp.Juta)
AHB (Rp.Juta)
AHK (Rp.Juta)
AHB (Rp.Juta)
2001
23,373
26,088
20,397
22,808
2002
22,519
26,076
20,586
23,856
2003
22,502
27,599
20,866
25,613
2004
23,037
29,653
21,552
27,158
2005
23,831
32,148
22,418
29,348


 PERKEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
TAHUN 2005-2007 
No.
STRUKTUR PENDAPATAN
TA. 2005
TA. 2006 
TA. 2007 (Murni)
Jumlah (Rp.)
Jumlah (Rp.)
Δ (%)
Jumlah (Rp.)
Δ (%)







1.
Pendapatan Asli Daerah
178.831.000.000
252.077.768.000
40,96
   281.526.518.675
11,68

-   Pajak Daerah
172.421.000.000
242.730.768.000
40,78
   267.908.164.000
10,37

-   Retribusi Daerah
280.000.000
420.000.000
50,00
     485.000.000,00
15,48

-   Lain-lain Penda- patan Asli Daerah Yang Sah
6.130.000.000
8.927.000.000
45,63
     13.133.354.675
47,12







2.
Dana Perimbangan
158.132.000.000
659.075.000.000
316,79
803.867.150.859
21,97

-   Bagi Hasil Pajak/ Bukan Pajak
122.232.000.000
481.075.000.000
293,58
   470.537.150.859
(2,19)

-   Dana Alokasi Umum
25.900.000.000
178.000.000.000
587,26
   333.330.000.000
87,26

-   Dana Alokasi Khusus
10.000.000.000
                          -
        -
                           -
        -







3.
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
34.758.840.000
                          -
         -
30.000.000.000
-

-   Dana Penyesuaian
  34.758.840.000
                          -
         -
     30.000.000.000
        -







Perkembangan Pendapatan Daerah
 371.721.840.000
 911.152.768.000
145,12
1.115.393.669.534
22,42

C.     Hambatan Pembangunan

Yang pertama adalah kurangnya infrastruktur termasuk kawasan industri dan pendukungnya. Yang kedua, tidak dikembangkannya sumber daya yang dimiliki daerah untuk menjadi motor penggerak

D.    Produk Unggulan

Sebagai provinsi kepulauan, wilayah ini terdiri atas 96 % lautan. Kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan usaha budidaya perikanan mulai usaha pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkapan.

Di Kabupaten Karimun terdapat budidaya Ikan kakap, budidaya rumput laut, kerambah jaring apung. Kota Batam, Kabupaten Bintan, Lingga, dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan. Selain perikanan tangkap di keempat Kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar.

Di kota Batam tepatnya di Pulau Setoko, bahkan terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih setahunnya. Di Kota Batam tepatnya didaerah telaga punggur, ada satu pelabuhan perikanan yang dikelola murni oleh swasta . Pelabuhan Perikanan Swasta Telaga Punggur diresmikan pada tanggal 08 Januari 2010 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan R.I Dr. Ir. H. Fadel Muhammad. Letak pelabuhan perikanan swasta Telaga Punggur sangat strategis karena berhadapan dengan jalur lintas kapal penangkapan ikan antara Propinsi Kepri dan Natuna, ZEEI , Laut Cina Selatan serta keberadaan pelabuhan perikanan swasta Telaga Punggur di Kota Batam sangat dekat dengan negara Singapura yang dapat meningkatkan ekspor hasil laut dan menambah pendapatan asli daerah.

E.     Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan
a.       Pertumbuhan penduduk
b.      Kepadatan dan Penyebaran penduduk
c.       Ketenagakerjaan
d.      Pendidikan
e.       Agama
f.       Kesehatan
g.      Pemberantasan kemiskinan

F.      Gubernur dan wakil gubernur Provinsi Kepulauan Riau
Image
H. Muhammad Sani
Gubernur Kepulauan Riau - Republik Indonesia

wagub kepri
Dr.HM. Soerya Respationo, SH.MH
Wakil Gubernur Kepulauan Riau - Republik Indonesia



Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Riau